"Jurnalis dapat berita harus verifikasi dan diolah supaya menarik dibaca. Jangan sampai membuat opini seperti di media sosial."(Editor The Daily Star Bangladesh, Mahfuz Anam)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
kabar dari ambon
sekadar berbagi cerita
25 September 2013
Semangat Pagi
Menyapa pagi dengan senyum. Mengawali hari dengan semangat. Salam hormat dari Pantai Namalatu Ambon, Maluku.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Powered by Telkomsel BlackBerry®
10 November 2011
Ketika Jurnalisme Warga Bicara
Tretet…tretet..tretet… Sebuah pesan pendek alias short
massage service (SMS) masuk ke handphone saya. Isinya singkat. Tapi pesan
pendek dari Tiara, anak saya yang sedang melanjutkan kuliah di Jakarta itu,
membuat kening saya berkerut. “Pa, katanya Ambon kerusuhan lagi ya?” Saya
langsung menelpon Tiara untuk menanyakan sumber informasi yang dia dapat.
Konon menurut Tiara, info itu didapatnya, saat membaca pesan
berjalan (running text) pada salah satu teve swasta nasional. Info senada dia
temukan ketika membaca status di jejaringan sosial Facebook, serta status
Blackberry Masangger (BBM) milik temannya.
Jelas saya dibuat kaget. Pasalnya, saya yang di Ambon justru
tidak tau apa-apa. Saya lalu meminta Tiara agar tidak cemas dengan kondisi saya
maupun ibunya. Karena kami hakul yakin Ambon aman-aman saja.
Baru saja selesai menelpon Tiara, SMS, BBM, dan telepon dari
sejumlah kawan di Jakarta, bertubi-tubi masuk. Mereka menanyakan hal yang sama:
“Ambon Rusuh Lagi ya?” Dan seperti penjelasan ke Tiara, saya mencoba meyakinkan
mereka, kalau Ambon aman.
Saya benar-benar yakin begitu, karena kejadian
telepon-teleponan, SMS-SMS-an atau BBM-BBM-an seperti itu bukan baru kali ini
terjadi. Terutama jika kawan-kawan di luar Ambon, terutama di Jakarta, membaca
running text di teve-teve nasional, soal bentrok antarwarga di Ambon.
Umumnya kejadian yang diberitakan itu, baru saya di Ambon
ketahui, ketika membaca running text atau melihat tayangan video berita tetang
bentrok antarwarga di Ambon dari teve.
Bisa dimaklumi, karena kejadian yang diberitakan, sebut saja
bentrok warga dua desa bertetangga, hanya terlokalisir pada lokasi sekitar
tempat kejadian. Tidak meluas atau tidak berpengaruh terhadap kawasan lainnya
di kota maupun Pulau Ambon. Tapi mungkin karena ada penyebutan Ambon dalam
berita, terkait bentrok atau ricuh itu, jadi kawan-kawan di luar Ambon
beranggapan kota Ambon terkena dampaknya.
Itu juga penjelasan saya, pada kawan-kawan, yang bertanya
melalui BBM, SMS atau telepon soal kondisi terkini di Ambon. Sayangnya kali ini
penjelasan saya itu tidak memuaskan rasa penasaran mereka. Sebab tayangan video
berita di teve itu, menggambarkan sebaliknya. Masa yang terlibat ricuh lumayan
banyak. Belum lagi ditambah tayangan motor dan mobil yang dirusak dan dibakar
kelompok massa.
Saya yang ikut penasaran, langsung menyalakan teve untuk
melihat tayangan berita yang dimaksud teman-teman. Tidak itu saja. Saya juga
mengontak beberapa kawan yang berdiam di dalam kota, untuk memastikan berita
yang saya tonton.
Beberapa kawan yang
sempat saya kontak, menginformasikan ada bentrok masa di kawasan Tugu Trikora.
Tapi kawasan lainnya di dalam kota, belum sampai terpengaruh bentrokan
tersebut. Yang membuat geram beberapa rekan, saat kericuhan terjadi, hanya
terlihat satu dua orang petugas lalu lintas di situ. Tidak ada aparat keamanan
lainnya, selama beberapa jam berhadap-hadapan warga itu. Padahal ada sebuah
asrama militer dan markas polisi dekat situ.
Sialnya, bentrokan warga yang hanya terjadi, praktis di dua
titik kawasan itu, diberitakan beberapa teve nasional dengan judul bombastis:
“Ambon Rusuh Lagi.” Bahkan ada yang menyebut dalam beritanya: “puluhan motor
dan mobil dibakar.” Padahal saat narasi tersebut dibacakan penyiarnya, di
lokasi peristiwa, sesuai pengamatan teman-teman di lapangan, hanya beberapa
motor dan mobil yang dibakar atau dirusak. Lalu belum sampai meluas ke
mana-mana.
Ketika itu, angkot dari dan ke beberapa kawasan di dalam
maupun ke luar kota, masih jalan normal seperti biasa. Meski setelah itu, saat
berita menyebar luas, para sopir angkot lantas memilih lebih aman hanya
melintas di jalur-jalur kawasan sesuai agama yang dianut. Ini juga karena
pengaruh pemberitaan yang ditayangkan dalam breaking news dengan pilihan kata
“kerusuhan.”
Berita-berita di teve itu juga, apalagi menyebutkan
kerusuhan meluas, menjadi rujukan sebagian besar warga di kota. Terutama mereka
yang tidak mempunyai informasi langsung dari lapangan. Warga juga lantas
memilih menghindar area-area publik, di mana komunitas Muslim dan Kristen
sering berbaur dan berinteraksi.
Dampak pemberitaan yang tidak akurat, juga membuat banyak
kenalan di lokasi lain lantas menelpon meminta konfirmasi, soal informasi
adanya pemblokiran jalan. Misalnya informasi soal kawasan Galunggung diblokir,
sehingga warga yang baragama Kristen dari kawasan Galala tidak bisa menuju
kota. Atau sebaliknya.
Untuk melawan informasi itu, di account twitter saya
menyebutkan: “Di Galala (kampung Kristen), terlihat penumpang perahu berjilbab
menyeberang pulang ke rumahnya di Desa Rumahtiga.” Perempuan berjilab itu,
kebetulan adalah ipar dari adik saya, yang menelpon untuk membantah informasi
pemblokiran jalan tersebut.
Plotaaakk! Saking kesalnya mendengar sejumlah berita tidak
akurat dan tidak terverifikasi dari teve nasional itu, sandal jepit di kaki
saya pun melayang menghantam layar teve. Untung teve di rumah bukan layar datar
yang ringkih. Tapi teve model lama berlayar tabung yang kacanya keras. Jadi
tidak perlu dana ekstra untuk beli teve
baru, akibat lemparan itu.
Saya betul-betul kesal dan resah dengan pemberitaan yang
tidak akurat, malah ada yang terkesan bombastis itu. Saya jadi bertanya-tanya,
ke mana bekal ilmu jurnalisme damai (peace jurnalism), hasil workshop atawa
pelatihan yang sering diikuti teman-teman itu. Mestinya rekan-rekan pekerja
media arus utama (mainstream) ini, mencari angle-angle berita, yang
menggambarkan warga kedua komunitas masih ada yang berbaur. Bukan justru
mengesankan Ambon rusuh karena beda agama.
Keresahan yang sama soal terlalu bombastisnya berita-berita
stasiun teve nasional itu, juga disampaikan Almascatie, Muhammad Irfan dan
Burhan. Tiga anak muda dari komunitas-komunitas kreatif, yang selama ini sering
menjadi teman diskusi.
Belum sampai hitungan menit ke-25, setelah merebaknya info
Ambon rusuh itu, mereka bertiga secara hampir bersamaan muncul di teras rumah
saya, di kawasan Galunggung.
“Om, tamang-tamang wartawan itu bagimana e? Masa bikin
berita macam bagitu tuh? Padahal kondisinya seng bagitu,” ujar Irfan nyerocos
dengan nada kesal.
Saya menenangkannya sambil memberi saran, sebaiknya kita
lawan berita tidak akurat dari media mainstream tersebut, dengan mengabarkan
kondisi sebenarnya sesuai informasi teman-teman di lapangan.
Saat itu juga saya dan Irfan meng-counter berita-berita yang
kami nilai tidak akurat atau bombastis, dari stasiun-stasiun teve nasional,
dengan menampilkan info-info akurat, via facebook maupun twitter.
Almascatie dan Burhan yang nongol setelah Irfan, juga
melakukan hal yang sama. Kami memerangi berita-berita bombastis itu lewat account
twitter kami di @embongs, @iphankdewe, @tero2_boshu dan @almascatie.
Meski kami bertiga terpaksa harus nongkrong di teras saja,
karena di dalam rumah sinyal handphone jelek untuk ngetwit. Info-info yang
disampaikan, lantas diteruskan teman-teman follower kami, termasuk diteruskan
ke account-account twitter stasiun teve nasional. Khususnya account milik seksi
pemberitaan.
Pilihan kata kerusuhan yang menjadi keberatan kami, akhirnya
ditanggapi redaksi media yang ada. Meski tidak ditanggapi secara langsung. Ini
terlihat dari digantinya kata “kerusuhan” menjadi “kericuhan”.
Begitu juga soal keberatan kami dengan diulang-ulangnya
tayangan bentrok antar kelompok warga, yang akhirnya juga ditanggapi pihak
redaksi. Mungkin karena keseringan kami serang di account twitter, dengan
gempuran info-info yang lebih terverisikasi.
Namun tetap saja, masih banyak warga yang terpengaruh
pemberitaan media mainstream itu. Apalagi mulai ada pembakaran rumah warga di
dekat lokasi bentrokan sebelumnya, yang lalu mengakibatkan adanya arus
pengungsian.
Peristiwa bentrok terjadi sore hari, tapi banyak kerabat di
daerah lain di luar Pulau Ambon, seperti di Pulau Haruku dan Pulau Seram,
justru baru heboh dan panik malam harinya, setelah menonton tayangan teve yang
mengulang berita bentrokan sore harinya itu.
Tidak hanya melawan berita teve nasional yang kami anggap
bombastis. Provokasi kekerasan melalui SMS atau jaringan sosial media serta
info dari mulut ke mulut, juga kami lawan dengan provokasi perdamaian.
Mungkin karena kesamaan visi dan cara melihat konflik,
teman-teman di komunitas Kristen juga melakukan aksi yang sama. Sebut saja
Weslly Johanes (@pinggirsentris), Aprino Berhitu (@aprinoberhitu), Pierre
Ajawaila (@pierreajawaila), Bernhard Mattheis (@benhardm), Semmy (@sem_semmy), Agus Lopuhaa (@aguslopuhaa), juga menggempur
jaringan sosial media melalui aksi provokasi damai dengan kemasan info ala
jurnalisme warga.
Dua rekan aktivis lintas iman yakni Jacky Manuputty dan
Abidin Wakano, juga melakukan hal serupa. Mereka memborbardir jaringan lintas
iman, dengan informasi-informasi ter-update dan sudah saling kami verifikasi.
Informasi ala jurnalisme warga dengan kemasan provokasi
damai yang kami kemas, syukurlah sedikit banyak menjadi rujukan, terutama
ketika warga menyikapi provokasi kekerasan yang mereka terima. Saya dan
beberapa teman, kemudian menjadi rujukan sumber informasi media cetak nasional.
Dan kami juga tidak segan-segan turun ke lapangan. Ini
dilakkan sejak malam hari pertama kericuhan. Untuk mengklarifikasi isu-isu yang
beredar. Sebagai contoh, ketika ada berita teve nasional yang memberitakan
“Ambon Bagai Kota Mati” di malam setelah sorenya bentrok. Kami langsung
mendatangi kawasan A.Y. Patty yang merupakan pusat Kota Ambon.
Kawasan tersebut memang terkesan sepi. Tapi masih ada
sejumlah mobil dan sepeda motor yang lalu lalang. Irfan, Burhan, Almas dan saya, lantas mengabadikan suasana malam
di kawasan A.Y. Patty itu lewat handphone maupun smartphone yang kami miliki.
Kemudian fotonya kami kirim ke account twitter maupun facebook. Termasuk ke
jaringan teman-teman di Blackberry Masangger.
Saya bahkan mengabadikan moment ketika kawasan A.Y. Patty
sedang dilintasi beberapa pengendara sepeda motor, untuk dipublikasikan di
surat kabar Seputar Indonesia (Sindo) Jakarta. Niat kami malam itu cuma satu,
membantah berita yang menyebutkan: Ambon Bagai Kota Mati.
Malam itu kami berempat plus istri saya Ivon, menunggu
kawan-kawan dari komunitas Kristen untuk ikut bergabung di dekat area Gong
Perdamaian Dunia, yang berada di ujung jalan A.Y. Patty. Sayangnya kawan-kawan
tidak bisa ke tempat kami menunggu, karena dilarang aparat keamanan yang
kebetulan membuat pos di perbatasaan kawasan Rehobot - Waringin - Batu Gantong.
Anehnya malam itu kami tidak melihat aparat keamanan
bejaga-jaga. Dan lucunya ketika saya sedang mengabadikan para pengendara sepeda
motor untuk Koran Sindo, ada tentara yang lewat dengan mobil, dan sambil
mengacungkan dua jari lantas berteriak: “peace pak.”
Malam itu kami nongkrong sampai pukul 23.30 di dekat area Gong
Perdamaian. Dan situasi Kota Ambon
terlihat wajar-wajar saja. Kalau mau dibilang sunyi, ya jelas saja sunyi. Abis
sebagian besar warganya sudah tertidur pulas. Jadi bukan kota menjadi “mati”
karena sempat ada bentrokan sore tadi.
Kami bisa lalu lalang dengan sepeda motor di beberapa
kawasan, malam itu, dengan perasaan biasa-biasa saja. Karena tidak ada yang
perlu dikuatirkan. Bahkan ketika mengisi bensin di depo bensin kawasan Belakang
Kota, antriannya adalah warga dari kedua komunitas. Padahal secara komposisi,
kawasan ini adalah kawasan yang didiami mayoritas warga Muslim. Dan tidak
terlihat aparat lalu lalang dengan senjata yang terkesan terkokang siap
dibidikkan.
Tapi suasananya menjadi berubah keesokan harinya. Ada kesan
gawat dan genting, meski warga beraktifitas dengan normal pada komunitas
masing-masing. Tepatnya ketika aparat keamanan mulai memenuhi kota dan memasang
pos-pos penjagaan di hampir setiap sudut
jalan. Terutama di daerah-daerah yang dianggap sebagai garis batas kawasan
mayoritas Muslim dan kawasan mayoritas Kristen.
Warga malah was-was. Apalagi semacam ada garis segregasi
kasat mata, yang terbentuk di alam bawah sadar, dengan kehadiran pos-pos aparat
keamanan itu. Provokasi dan isu-isu kekerasan, yang tidak jelas asalnya pun
ikut membuat ketegangan bertambah kencang. Entah itu yang beredar dari mulut ke
mulut atau melalui SMS maupun BBM. Untunglah energi kami para provokator damai,
tidak surut. Malah semakin mengencang. Lalu semakin banyak kawan yang kemudian
ikut gerakan memprovokasi perdamaian.
Saat tulisan ini dibuat, atau tepatnya seminggu setelah
kericuhan tanggal 11 September 2011, warga kedua komunitas sudah berbaur
kembali. Beberapa peristiwa yang dikesankan ada terjadi keributan lagi, sudah
tidak terlalu mempengaruhi sebagian besar warga Kota Ambon. Apalagi media
mainstream sendiri, setelah mendapat banyak kritikan dan masukan, mulai menulis
berita secara sejuk. Meski begitu, jurnalisme warga harus tetap berkiprah,
untuk turut menjaga Ambon tetap aman
bagi semua. Salam hormat.
16 Oktober 2011
Landscaper
Siluet seorang kawan yang punya hobby berburu foto landscape, yang saya jepret kemarin. Maunya sih dia disebut landscaper. Cuma karena di termasuk lelaki malam, alias jam kerjanya justu sampe larut malam, jadi agak sungkan disapa begitu. Sebab gara-gara waktu kerjanya itu, dia jarang banget dapat foto moment sunrise. Itu pula yang membuat beberapa foto sunrise yang dihasilkannya punya arti tersendiri. Jelas saja, ada perjuangan tersendiri untuk menghasilkannya. Ok kawan, sampe ketemu di sunset berikut.
12 Oktober 2011
Ketika Rehat Sejenak
Akhirnya bisa sempat rehat, setelah sekitar sebulan sibuk dengan aktifitas di luar Pulau Ambon. Di daerah yang ketika dapat signal handphone sama dengan berita gembira.
Tiba di Ambon masih harus sibuk dengan tumpukan editan foto. Syukurlah hari ini sudah agak lega. Lantaran itu, perlu memanfaatkan rehat ini dengan menengok laman yang sudah agak terlantar. Sambil makan semangkok mie ayam, rasanya nikmat bener. Ok salam ketemu lagi kawan.
09 Agustus 2011
iTabaos: Talkshow Bareng Onno W Purbo
Tabea.
Kembali Kota Ambon mendapatkan kesempatan menggelar sebuah kegiatan yang tentu sangat bermanfaat bagi generasi muda Maluku, Gelaran yang dimaksud adalah Talkshow Bareng Onno W. Purbo, yang diberi label iTabaos 2011. Sebagaimana kata Tabaos dalam Bahasa Melayu Ambon yang berarti pemberitahuan kepada khalayak ramai tentang sebuah hal yang penting bagi kepentingan masyarakat oleh saniri (perangkat Desa), maka penambahan "ITabaos" didepan dimaksudkan bahwa tabaos kali ini lebih ditekankan kepada pemberitahuan tentang Informasi dan Teknologi kepada masyarakat khususnya generasi muda Maluku.
Selain Talkshow juga dilaksanakan acara buka bersama sebagai ajang silaturahmi antara komunitas-komunitas yang ada di kota Ambon dan antar para peserta.
iTabaos akan dilaksanakan Pada :
Hari Rabu Tanggal 10 Agustus 2011
Susunan Acara:
▪ 14.30 s/d 14.45: Persiapan & Registrasi Peserta
▪ 14.45 s/d 15.00: Pembukaan oleh Penyelenggara
▪ 15.00 s/d 15.15: Pengantar dari Mitra/Sponsor
▪ 15.15 s/d 16.30: Talkshow 1 : "Media Baru & Komunitas"
(Narasumber: praktisi setempat, DetikCommunity, APJII / Relawan TIK Indonesia. Fasilitator: Onno W. Purbo)
▪ 16.30 s/d 17.45: Talkshow 2 : "Cipta Media Bersama"
(Narasumber: AJI, Wikimedia Indonesia, ICT Watch, Ford Foundation. Fasilitator: Onno W. Purbo)
▪ 17.45 s/d 18.00: Penutup & Persiapan Berbuka Puasa
▪ 18.00 s/d 19.00: Buka Puasa Bersama & Ramah Tamah
iTabaos 2011 adalah kegiatan bersama Arumbai Blogger Maluku dan komunitas2 yang berada di ambon, seperti Maluku Photo Club (MPC), Komunitas Maluku Baronda, Komunitas Gunung Mimpi, MalukuPedia dll dengan semangat #AmbonBergerak untuk membangun negeri ini.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Kembali Kota Ambon mendapatkan kesempatan menggelar sebuah kegiatan yang tentu sangat bermanfaat bagi generasi muda Maluku, Gelaran yang dimaksud adalah Talkshow Bareng Onno W. Purbo, yang diberi label iTabaos 2011. Sebagaimana kata Tabaos dalam Bahasa Melayu Ambon yang berarti pemberitahuan kepada khalayak ramai tentang sebuah hal yang penting bagi kepentingan masyarakat oleh saniri (perangkat Desa), maka penambahan "ITabaos" didepan dimaksudkan bahwa tabaos kali ini lebih ditekankan kepada pemberitahuan tentang Informasi dan Teknologi kepada masyarakat khususnya generasi muda Maluku.
Selain Talkshow juga dilaksanakan acara buka bersama sebagai ajang silaturahmi antara komunitas-komunitas yang ada di kota Ambon dan antar para peserta.
iTabaos akan dilaksanakan Pada :
Hari Rabu Tanggal 10 Agustus 2011
Susunan Acara:
▪ 14.30 s/d 14.45: Persiapan & Registrasi Peserta
▪ 14.45 s/d 15.00: Pembukaan oleh Penyelenggara
▪ 15.00 s/d 15.15: Pengantar dari Mitra/Sponsor
▪ 15.15 s/d 16.30: Talkshow 1 : "Media Baru & Komunitas"
(Narasumber: praktisi setempat, DetikCommunity, APJII / Relawan TIK Indonesia. Fasilitator: Onno W. Purbo)
▪ 16.30 s/d 17.45: Talkshow 2 : "Cipta Media Bersama"
(Narasumber: AJI, Wikimedia Indonesia, ICT Watch, Ford Foundation. Fasilitator: Onno W. Purbo)
▪ 17.45 s/d 18.00: Penutup & Persiapan Berbuka Puasa
▪ 18.00 s/d 19.00: Buka Puasa Bersama & Ramah Tamah
iTabaos 2011 adalah kegiatan bersama Arumbai Blogger Maluku dan komunitas2 yang berada di ambon, seperti Maluku Photo Club (MPC), Komunitas Maluku Baronda, Komunitas Gunung Mimpi, MalukuPedia dll dengan semangat #AmbonBergerak untuk membangun negeri ini.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
28 April 2011
Buah Kecapi

Tidak terasa sudah sekitar lima tahunan tidak mencicipi buah satu ini. Buah kecapi, buah yang bagi saya selalu nikmat disantap, semakin jarang ditemukan di Ambon, lantaran pohonnya yang semakin berkurang akibat ditebang untuk permukiman dan pembangunan lainnya. Semoga kelak tidak hanya jadi cerita dan cuma bisa dinikmati dari foto.
Ambon Mencari Pemimpin Baru
Mulai sore nanti, Kamis (28/4) Kota Ambon akan memulai babak baru. Hari ini, akan dilakukan kampanye damai dari delapan calon walikota dan calon wakil walikota Ambon.
Jadi, inilah tahapan kampanye Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Ambon periode 2011 - 2016.
Pembukaan kampanye akan dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Ambon, dengan melibatkan semua pasangan calon dan tim kampanye.
Sebagian besar kawasan Kota Ambon yang tadinya bersih dari "polusi visual", akan kembali diramaikan aneka spanduk dan baliho kandidat. Salah satunya di kawasan simpang empat Tugu Trikora Ambon ini.
Aneka slogan dan janji, yang entah akan diwujudkan atau tidak ketika sang kandidat berhasil sebagai pemenang, akan mulai merayu-rayu warga kota yang sudah punya hak pilih.
Jadi, siapakah pilihan Anda? Hanya Anda dan bilik suara yang tau. Ok, selamat menentukan pilihan berdasarkan hati nurani. Salam hormat.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Jadi, inilah tahapan kampanye Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Ambon periode 2011 - 2016.
Pembukaan kampanye akan dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Ambon, dengan melibatkan semua pasangan calon dan tim kampanye.
Sebagian besar kawasan Kota Ambon yang tadinya bersih dari "polusi visual", akan kembali diramaikan aneka spanduk dan baliho kandidat. Salah satunya di kawasan simpang empat Tugu Trikora Ambon ini.
Aneka slogan dan janji, yang entah akan diwujudkan atau tidak ketika sang kandidat berhasil sebagai pemenang, akan mulai merayu-rayu warga kota yang sudah punya hak pilih.
Jadi, siapakah pilihan Anda? Hanya Anda dan bilik suara yang tau. Ok, selamat menentukan pilihan berdasarkan hati nurani. Salam hormat.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
15 November 2010
Langit Depan Rumah Sore Kemarin
Kemarin seharian di rumah saja. Membenahi sejumlah peralatan foto yang baru dipake beberapa hari sebelumnya.
Sebenarnya ada niat mau hunting sunset, tapi rasa malas membuat enggan beranjak dari duduk. Apalagi awan tiba-tiba berubah gelap, lalu gerimis pun turun. Rasa malas semakin menyerang.
Ketika asyik menikmati film Troya dari HBO, bias langit yang menerpa dinding-dinding rumah manis memerah.
Buru-buru ke depan pintu dan jeprat-jepret seadanya. Hasilnya sebuah pemandangan langit yang manis.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Sebenarnya ada niat mau hunting sunset, tapi rasa malas membuat enggan beranjak dari duduk. Apalagi awan tiba-tiba berubah gelap, lalu gerimis pun turun. Rasa malas semakin menyerang.
Ketika asyik menikmati film Troya dari HBO, bias langit yang menerpa dinding-dinding rumah manis memerah.
Buru-buru ke depan pintu dan jeprat-jepret seadanya. Hasilnya sebuah pemandangan langit yang manis.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Ngumpul Lagi

Pada kesempatan kopdar itu, juga dibicarakan sejumlah rencana kegiatan Komunitas Blogger Maluku ke depan, termasuk pemilihan kepengurusan. Ok, tunggu saja info selanjutnya.
Langganan:
Postingan (Atom)